Wednesday, February 23, 2011

Sejumlah Diplomat dan Pejabat Libya Ramai-ramai Mundur

Hidayatullah.com—Dampak krissis politik yang mengguncang Libya, membuat sejumlah pejabat pemerintah termasuk beberapa menteri, diplomat dan pejabat militer Libya "rame-rame" meletakkan jabatan mereka sebagai ungkapan protes terhadap cara kekerasan rezim Presiden Muammar Qadhafi dalam menumpas gelombang aksi protes pemerintah sepekan terakhir.
Harian The Guardian, Selasa melaporkan sejumlah duta besar Libya dikabarkan telah mengundurkan diri. Mereka di antaranya bertugas di China, India, Indonesia, dan Polandia serta perwakilan untuk Liga Arab yang berpusat di Mesir. Selain itu sejumlah diplomat Libya untuk perwakilan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga minta mundur.
Mereka bergabung dengan sejumlah menteri yang serentak turun dari jabatan sebagai ketidaksetujuan pada langkah rezim Khadafi menghadapi para demonstran dengan cara kekerasan sehingga menimbulkan banyak korban jiwa.
Menurut harian The Telegraph, mereka adalah menteri keamanan publik dan menteri luar negeri dan menteri kehakiman.
Sejumlah pejabat militer juga dilaporkan telah mengundurkan diri dan memihak terhadap pergerakan rakyat. Dua pilot pesawat militer Libya juga dilaporkan mendarat di Malta dan keduanya mengajukan permintaan suaka diplomatik.
Selain mengerahkan milisi bersenjata, rezim Khadafi juga memerintah militer menumpas para demonstran, yang menggelar aksi sejak pekan lalu.
The Washington Post, melaporkan, sejumlah pesawat dan helikopter melontarkan tembakan dari langit ke arah para demonstran.
Jumlah korban tewas dalam satu pekan terakhir pun belum bisa dipastikan. Tapi sejumlah kelompok seperti Human Rights Watch yakin bahwa nyawa lebih dari 200 orang telah melayang sejak Libya bergolak.
Sementara itu, Kedutaan Besar Libya di Jakarta membantah kabar bahwa Duta Besar untuk Indonesia, Salaheddin Muhammad Ibrahim El Bishari, telah mengundurkan diri terkait situasi di negaranya.
"Kami tidak menerima kabar (pengunduran diri) itu. Duta besar masih bertugas," kata Lia, staf lokal Kedutaan Besar Libya di Jakarta. Kendati tetap berkantor, menurut Lia, El Bishari menolak bertemu media untuk memberi jawaban atas kabar itu.
"Tunggu saja pengumuman resmi," ujar staf itu. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengaku belum ada laporan warga negara Indonesia (WNI) di Libya yang menjadi korban dari aksi penyerangan militer atas warga sipil yang berdemo.
Kepastian itu diungkapkan Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, Tatang Razak, Selasa, di Jakarta.
"Berdasarkan komunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tripoli, secara umum WNI dalam keadaan baik. Tidak ada laporan terkena dampak berbahaya akibat kerusuhan," ujar Tatang.
Menurut data Kemlu, terdapat lebih dari 1.000 WNI berdomisili di Libya. Sebagian besar berada di Ibukota Tripoli dan sekitarnya. Kebanyakan dari mereka adalah para pekerja konstruksi yang tengah menyelesaikan pembangunan pusat perbelanjaan di Tripoli.
Kemlu merinci, terdapat 875 tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor konstruksi, 550 WNI bekerja di sektor perminyakan, 130 WNI adalah mahasiswa, dan 50 WNI bekerja di sektor informal. *


No comments:

Post a Comment