Saturday, February 19, 2011

Buku-buku "Terlarang" Kembali Dijual Pasca Mubarak Jatuh

Di antara beberapa perubahan yang sedang berlangsung di Mesir setelah revolusi 25 Januari dan menyusul jatuhnya rezim yang berkuasa adalah dirilisnya beberapa buku yang sebelumnya dilarang pada masa pemerintahan mantan Presiden Hosni Mubarak.
Ribuan buku yang dilarang selama masa Mubarak yang berisi kritikan pedas terhadap rezim yang berkuasa, saat ini sudah tersedia, kata Essam, pemilik toko buku.
"Sejumlah besar dari para pembaca sekarang berbondong-bondong untuk membeli buku-buku yang sebelumnya dilarang," katanya kepada Al Arabiya.
Untuk mendukung revolusi 25 Januari Essam memutuskan untuk menawarkan diskon terhadap buku-buku "terlarang" tersebut dengan diskon yang mencapai 70 persen.
"Saya ingin semua orang Mesir untuk dapat membeli buku-buku ini."
Menurut novelis Mesir Sonallah Ibrahim, buku-buku terlarang yang dikembalikan ke rak toko dibagi menjadi dua kategori.
"Beberapa buku aslinya ditulis dalam reaksi terhadap peristiwa tertentu yang terjadi di masa lalu sementara yang lain menawarkan analisis," katanya.
Buku berjudul "Sebuah Kartu Merah untuk Presiden", yang ditulis oleh jurnalis anti-pemerintah Abdul Halim Kandeel, adalah salah satu buku yang paling menonjol yang membuat banyak orang kembali berkunjung ke toko buku yang ada di Mesir.
Buku ini memuat 52 artikel yang Kandeel tulis dalam beberapa surat kabar Mesir dan Arab yang membahas bagaimana mengatasi masalah kritis yang menghambat kemajuan Mesir ke arah reformasi, seperti perselisihan sektarian, warisan kekuasaan, privatisasi, dan penundaan revolusi- dan semua alasan yang memerlukan adanya 'kartu merah' untuk presiden dan menuntut mundur dirinya.(fq/aby)


No comments:

Post a Comment