“Berita yang beredar di media itu seolah kami yang salah,” katanya kepada hidayatullah.com di kantornya Kamis, (17/2). Padahal, katanya, fakta yang terjadi di lapangan tidak demikian.
Munir mengatakan, insiden itu sebenarnya bermula saat sekitar seratus jamaah Aswaja menghadiri undangan maulud Nabi di Singosari. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka jamaahnya berangkat ke Singosari lewat Sukoarjo.
Munir mengatakan, selain lewat Sukoarjo, sebenarnya ada jalan lain, yakni lewat Pandaan. Namun, di jalan ini, Pesantren Yapi berada. Yapi sendiri pesantren yang sejak lama berbenturan dengan Aswaja karena beraliran Syi’ah.
Tapi karena jarak Singosari-Bangil lebih dekat lewat Pandaan, maka pulangnya diputuskan untuk lewat Pandaan.
“Kalau lewat Sukoarjo lebih jauh. Jalannya juga kurang bagus,” katanya.
Ketika melewati Pesantren Yapi, Munir mengatakan, tiba-tiba ada seseorang dari dalam pesantren yang melempari jamaahnya. Karena dilempar dulu, maka dibalas oleh jamaahnya. Terjadilah saling lempar.
Ketika aksi itu sedang terjadi, katanya, seorang satpam membuka pintu gerbang dengan berkata “Ayo masuk kalau berani”, sambil menyuruh para santri Yapi masuk lebih dalam ke pesantren. Karena merasa ditantang, masa Aswaja pun merangsek masuk. “Seolah-olah kami diprovokasi,” katanya.
Yang menjadi pertanyaan pihaknya, ujar Munir, kenapa pihak pesantren tidak menerima tawaran penjagaan dari pihak kepolisian sebelumnya. Padahal, lanjutnya, jika mau, kejadian seperti itu bisa terhindarkan.
“Itu yang jadi bahan pertanyaan kami,” ujarnya. *
No comments:
Post a Comment