"Sekitar satu jam lalu aktivis Islam mencoba untuk masuk ke Abdallah Guech Street untuk membakar komplek pelacuran disana," kata pejabat itu. "Warga menahan mereka untuk keluar sampai pasukan keamanan tiba."
Jalan dekat Madinah berisi salah satu rumah pelacuran utama kota Tunis, juga terkenal dikalangan orang asing maupun penduduk lokal.
"Polisi memblokir jalan dan berhasil membubarkan para demonstran," kata pejabat itu.
Puluhan aktivis Islam menyerukan penutupan rumah pelacuran yang ada di Tunisia dan mereka berkumpul di luar kementerian dalam negeri setelah shalat Jumat sebelum akhirnya melakukan aksi ke Abdallah Guech Street.
"Tidak untuk rumah-rumah pelacuran di negara Muslim!" teriak mereka.
Beberapa poster yang mereka bawa tertulis "Penutupan rumah-rumah pelacuran adalah sebuah kewajiban."
"Kami tidak bisa menerima bahwa wanita diperlakukan seperti "barang" . Kami menuntut penutupan semua jenis rumah pelacuran di Tunisia," kata Anas demonstran 20 tahun kepada AFP, mereka mengklaim aksi mereka terorganisir secara "spontan".
"Turis Arab datang ke Tunisia terutama untuk mengunjungi rumah bordil," kata Anas, menambahkan bahwa tempat tersebut telah ditutup di bagian lain negara itu.
"Ini memalukan bagi semua negara Muslim Arab yang mengizinkan rumah pelacuran tetap terbuka," kata Mounir mahasiswa 24 tahun.
Para demonstran termasuk wanita, beberapa diantaranya mengenakan jilbab - yang sangat jarang terjadi di Tunisia - sementara yang lain mengenakan jeans ketat.
Selain di daerah Medina pelacur lainnya biasanya menawarkan jasa mereka di kafe-kafe Tunis, mengenakan biaya yang tidak pernah melampaui 20 dinar (14 dolar).
Aksi itu terjadi saat Tunisia masih belum stabil menyusul protes massa yang menggulingkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali sebulan lalu. (fq/aby)
No comments:
Post a Comment